EQUATOR-TV.COM, JAKARTA – Video detik-detik penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe beredar luas di media sosial beberapa hari terakhir ini. Karena dianggap sebagai konten berbahaya dan sadistis, sejumlah perusahaan media sosial termasuk Twitter dan Meta (Facebook) pun bergerak cepat menghapus video tersebut di platform mereka.
Menurut laporan Associated Press yang dikutip pada Minggu 10 Juli 2022, penghapusan tersebut menyusul pelanggaran aturan tentang konten berbahaya di platform-platform media sosial itu. Diberitakan sebelumnya, video serangan oleh seorang pria bersenjata yang menembakkan senjata laras ganda buatannya kepada Abe beredar di media sosial pada Jumat 8 Juli 2022.
Abe, yang mengundurkan diri pada tahun 2020, ditembak saat berpidato. Ia kemudian segera dibawa ke rumah sakit, dan tak lama kemudian dinyatakan meninggal. Polisi menangkap tersangka pria bersenjata di tempat kejadian.
Twitter mengatakan tim penegaknya secara proaktif menghapus materi yang melanggar aturan platform, yang mencakup pembatasan pada media sensitif termasuk kekerasan grafis. Mereka juga mendesak pengguna untuk menandai materi yang berpotensi sensitif dari serangan itu sehingga dapat mengambil tindakan.
Diketahui, video penyerangan masih dapat ditemukan dengan mudah di Twitter beberapa jam setelah penyerangan. Sementara Meta mengatakan telah menghapus video yang menggambarkan momen penyerangan dan telah menonaktifkan akun Facebook dan Instagram tersangka.
“Kami sangat berduka dan terkejut atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Kami tidak dan tidak akan mentolerir perilaku kekerasan apa pun di platform kami. Untuk menjaga platform kami tetap aman untuk terhubung, kami bekerja untuk menghapus konten yang melanggar terkait dengan insiden tersebut,” kata Meta dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, YouTube mengatakan sistemnya menonjolkan video yang terkait dengan serangan dari “sumber otoritatif” seperti organisasi berita, kata situs berbagi video, menambahkan bahwa mereka akan menghapus konten apa pun yang melanggar aturannya, termasuk larangan konten kekerasan atau grafis.
Di sisi lain, TikTok mengatakan sedang bekerja untuk dengan cepat “mengidentifikasi konten, akun, dan tagar yang terkait dengan insiden tragis ini” dan menghapus konten dan akun apa pun yang melanggar aturannya.
Disadur dari www.reqnews.com